Anakku, Ampuni Ibumu
"Kata Hati Ibuku, Kepiluan yang Tersimpan"
Aku melihatnya dari balik tabir kesabaran yang selama ini ia kenakan. Ia yang selalu tersenyum, yang selalu mengucapkan kata-kata manis, yang selalu menyembunyikan kesedihannya.
Tapi, aku tahu. Aku tahu bahwa di balik senyum itu, ada luka yang tersembunyi. Ada kesedihan yang tidak pernah terungkapkan. Ada penyesalan yang tidak pernah terucapkan.
Aku melihatnya dalam matanya, dalam cara ia memandangku, dalam cara ia menyentuhku. Aku melihat kepiluan yang tersimpan, kepiluan yang tidak pernah terungkapkan.
Dan aku ingin menceritakannya. Aku ingin menceritakan kisahnya, kisah ibu yang kuat, yang sabar, yang selalu menyembunyikan kesedihannya.
Ibu yang bersalah, apakah salah? Ibu yang lemah, apakah salah? Tidak, bukanlah kemauannya untuk menjadi seperti itu. Tapi, kehidupan memiliki cara untuk membentuk kita, untuk membuat kita menjadi apa yang kita tidak inginkan.
Ibu yang kuat, tapi juga rapuh. Ibu yang sabar, tapi juga lelah. Ibu yang mencintai, tapi juga salah. Tapi, salah dan lemah bukanlah kemauannya, itu berjalan seperti sebuah harmoni kehidupan.
Ia tidak pernah ingin menyakiti, tidak pernah ingin mengecewakan. Tapi, kehidupan memiliki rencana yang berbeda. Ia dipaksa untuk membuat pilihan, untuk mengambil keputusan yang sulit. Dan kadang-kadang, keputusan itu salah.
Kisah ibuku adalah kisah tentang kesabaran dan kepercayaan. Meskipun hidupnya dipenuhi dengan kesedihan dan kepedihan, ia tidak pernah kehilangan harapan. Ia selalu berharap kepada Allah, bahwa di tengah kesulitan dan kesedihan, ada jalan keluar yang tidak terlihat.
Dengan air mata yang mengalir, ia berdoa setiap malam, memohon kepada Allah untuk memberikan kekuatan dan kesabaran. Ia memohon agar Allah memberikan jalan keluar dari kesulitan yang ia hadapi, agar ia bisa melihat cahaya di ujung terowongan.
Dan meskipun kesedihan dan kepedihan tidak pernah berhenti, ia tidak pernah kehilangan iman. Ia percaya bahwa Allah memiliki rencana yang lebih baik untuknya, bahwa kesulitan yang ia hadapi hanya sementara.
Ibuku ingin memiliki harapan, meskipun hanya serpihan-serpihan kecil yang akan ia kumpulkan. Ia ingin mengumpulkan kemaafan anak-anaknya, sedikit keberanian untuk berbicara, dan serpihan-serpihan lainnya yang akan ia jadikan sebuah harapan.
Ia ingin percaya bahwa masih ada kesempatan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan masa lalu, untuk meminta maaf dan memulai kembali. Ia ingin percaya bahwa anak-anaknya masih bisa memaafkannya, bahwa mereka masih bisa mencintainya meskipun ia telah salah.
Dengan hati yang berdebar, ia mulai mengumpulkan serpihan-serpihan harapan itu. Ia mulai berbicara, meskipun dengan suara yang lembut dan ragu-ragu. Ia mulai meminta maaf, meskipun dengan kata-kata yang tidak sempurna.
Ibuku adalah mutiara yang terluka saat keluar dari cangkangnya. Ia telah melewati proses yang sulit dan menyakitkan untuk menjadi dirinya sendiri. Cangkang yang melindunginya telah terbuka, dan mutiara yang indah itu telah terlihat.
Tapi, di balik keindahan itu, ada luka dan goresan yang tidak dapat dihilangkan. Luka yang telah ditinggalkan oleh kesulitan dan kesedihan yang telah ia hadapi. Goresan yang telah dibuat oleh keputusan-keputusan yang salah dan penyesalan yang tidak pernah berhenti.
Meskipun demikian, ibuku tetaplah mutiara yang indah. Ia tetaplah memiliki kekuatan dan keindahan yang tidak dapat dihilangkan. Dan meskipun luka dan goresan itu masih ada, ia tetaplah berkilau dan bercahaya, seperti mutiara yang telah melewati proses yang sulit dan menyakitkan untuk menjadi dirinya sendiri.
Aku mendengar gumaman ibuku, suara yang lembut dan penuh penyesalan. 'Tak akan ada lagi penyesalan,' katanya. Aku merasa hatiku terenyuh, aku tidak bisa menahan air mataku.
Aku melihat ibuku, wajahnya yang lelah dan penuh kesedihan. Aku melihat matahari yang mulai terbenam di luar jendela, menerangi wajah ibuku dengan cahaya yang lembut.
Aku merasa ingin memeluk ibuku, ingin mengatakan bahwa aku mencintainya, bahwa aku memaafkannya. Tapi, aku tidak bisa mengucapkan kata-kata itu. Aku hanya bisa menangis, menangis karena aku tidak bisa menghilangkan penyesalan ibuku.
Wajah tua renta itu kini nampak sedikit bahagia, di antara raut-raut kesedihan dan penyesalannya. Senyum kecil itu muncul di sudut bibirnya, seperti bunga yang mulai mekar di tengah musim dingin.
Mata yang telah lama menangis kini nampak sedikit berkilau, seperti embun pagi yang mulai menghilang di bawah sinar matahari. Wajah yang telah lama terlihat lelah dan penuh kesedihan kini nampak sedikit lebih tenang, seperti danau yang mulai menjadi damai setelah badai berlalu.
Aku melihat ibuku dengan mata yang baru, melihat keindahan yang tersembunyi di balik kesedihan dan penyesalannya. Aku melihat ibuku sebagai seorang wanita yang kuat, yang telah melewati banyak kesulitan dan kesedihan, tapi masih bisa tersenyum dan menemukan kebahagiaan di tengah-tengahnya.
Akupun merasa lega, seperti beban yang telah lama menekan dadaku akhirnya terangkat. Tak ada lagi sesak di dada saat memandangnya, tak ada lagi rasa bersalah yang menghantuiku.
Aku merasa seperti bisa bernapas lebih lega, seperti udara segar yang masuk ke dalam paru-paruku. Aku merasa seperti bisa melihat ibuku dengan mata yang lebih jernih, tanpa lagi diwarnai oleh rasa bersalah dan penyesalan.
Aku tersenyum, dan ibuku juga tersenyum. Kami berdua saling memandang, dan aku merasa seperti ada sesuatu yang telah terhubung kembali. Sesuatu yang telah lama terputus, kini telah terhubung kembali.
Aku menutup mataku, dan memanjatkan doa untuk ibuku dan anak-anaknya. Semoga kebahagiaan ini akan langgeng hingga ajal menjemputnya, atau menjemput kami dan meninggalkan dia.
Semoga cinta dan kasih sayang yang telah kita bagikan akan tetap terjaga, dan semoga kita semua akan selalu bersama dalam kebahagiaan dan kesedihan.
Aku membuka mataku, dan melihat ibuku yang masih tersenyum. Aku tersenyum kembali, dan memeluknya erat. 'Aku mencintaimu, Bu,' kataku.
Ibu tersenyum, dan memelukku kembali. 'Aku juga mencintaimu, anakku,' katanya.
Dan dalam pelukan itu, aku tahu bahwa kebahagiaan ini akan langgeng selamanya.
Dari anakmu yang merindukanmu dan dari ibu yang merindukan anaknya
Baca kisah inspiratif di : Daftar Isi : Secangkir Kopi
Masya Allah... ❤️
BalasHapusSyukran Ka Andini udah mampir ❤️
Hapus