QATHRUN NADA - 9. Ni'ma, Bi'sa, Laisa dan 'Asaa

 


Muallif berkata :

ص : و منه : نعم, و بئس, و عسى, و ليس في الأصح 

ش : لما كان من الأفعال الماضية ما اختلف في فعليته نصصت عليه ونبهت على أن الأصح فعليته وهو أربع كلمات نعم وبئس وعسى وليس فأما نعم وبئس فذهب الفراء وجماعة من الكوفيين إلى أنهما اسمان واستدلوا على ذلك بدخول حرف الجر عليهما في قول بعضهم وقد بشر ببنت والله ما هي بنعم الولد وقول آخر وقد سار إلى محبوبته على حمار بطيء السير نعم السير على بئس العير

وأما ليس فذهب الفارسي في الحلبيات إلى أنها حرف نفي بمنزلة ما النافية وتبعه على ذل أبو بكر بن شقير وأما عسى فذهب الكوفيون إلى أنها حرف ترج بمنزلة لعل وتبعهم على ذلك ابن السراج والصحيح أن الأربعة أفعال بدليل اتصال تاء التأنيث الساكنة بهن كقوله عليه الصلاة والسلام من توضأ يوم الجمعة فبها ونعمت ومن اغتسل فالغسل أفضل والمعنى من توضأ يوم الجمعة فبالرخصة أخذ ونعمت الرخصة الوضوء وتقول بئست المرأة حمالة الحطب وليست هند مفلحة وعست هند أن تزورنا وأما ما استدل به الكوفيون فمؤول على حذف الموصوف وصفته وإقامة معمول الصفة مقامها والتقدير ما هي بولد مقول فيه نعم الولد وما هي بولد مقول فيه نعم الولد فحرف الجر في الحقيقة إنما دخل على اسم محذوف كما بينا وكما قال الآخر : والله ما ليلي بنام صاحبه * ولا مخالط الليان جانبه أي بليل مقول فيه نام صاحبه 

Dan termasuk fi'il madhi adalah :  نِعْمَ, وَ بِئْسَ, وَ عَسَى, وَ لَيْسَ menurut pendapat yang lebih shahih.

Selanjutnya muallif berkata dalam syarahnya :

Ketika ada fiil fiil madhi yang diperselisihkan tentang ke fiil annya maka saya tegaskan tentang perselisihan tersebut dan saya berikan tanbih ( peringatan ) bahwasanya menurut pendapat yang benar ia adalah fiil. Ada 4 kata yang diperselisihkan apakah ia fiil atau bukan yaitu نِعْمَ وَ بِئْسَ وَ عَسَى وَ لَيْسَ

Adapun نِعْمَ dan بِئْسَ  maka Al Farra' ( ahli nahwu dari Basrah, muridnya Sibawaih ) dan sekelompok ahli nahwu Kuffah berpendapat bahwa keduanya adalah isim. Mereka berdalil atas pendapat tersebut bahwa huruf jar bisa masuk pada keduanya, pada perkataan sebagian mereka ( yaitu sebagian orang orang Arab ) ketika mereka diberi kabar gembira dengan kelahiran anak perempuan :  ( وَاللهِ مَا هِيَ بِنِعْمَ الوَلَدِ Demi Allah tidaklah bayi tersebut sebaik baik anak ). Dan dalam perkataan yang lain dimana dia sedang menempuh perjalanan kepada orang yang ia cintai dengan mengendarai keledai yang jalannya pelan : (  نِعْمَ السَّيْرِ عَلَى بِئْسَ العَيْرِ  Sebaik baik perjalanan di atas sejelek jelek tunggangan ).

Adapun لَيْسَ  maka Al Farisi dalam kitabnya Al Halabiyyat berpendapat bahwa لَيْسَ  itu merupakan huruf nafi yang posisinya seperti ما nafiyah. Dan Al Farisi diikuti pendapatnya oleh Abu Bakar bin Syuqair.

Adapun  عَسَى maka para ahli nahwu Kufah berpendapat bahwasanya عَسَى  adalah huruf tarajji ( harapan ) serupa dengan لَعَلَّ  yang artinya " semoga " . Dan para ahli nahwu Kufah ini diikuti oleh Ibnu Sarraj.

Yang benar adalah keempat kata tadi merupakan fi'il dengan dalil bahwasanya keempatnya tadi bisa bertemu dengam ta' ta'nits sakinah.seperti sabda nabi 'alaihi shalatu wa salam :

من توضأ يوم الجمعة فبها ونعمت ومن اغتسل فالغسل أفضل

( Barang siapa berwudhu pada hari Jumat, maka dia telah mengambil rukhshah. Dan sebaik baik rukhshah adalah wudhu ). Maknanya adalah : من توضأ يوم الجمعة فبالرخصة أخذ ونعمت الرخصة الوضوء

Dan engkau mengatakan :بئست المرأةُ حمالة الحطب  ( Sejelek jelek perempuan adalah tukang membawa kayu bakar - maksudnya adalah istrinya Abu Lahab ) dan ليست هند مفلحة  ( Hindun tidak beruntung ) dan juga عست هند أن تزورنا ( semoga Hindun mengunjungi kami ).

Adapun yang dijadikan dalil oleh para ahli nahwu Kufah, maka ini dita'wil dengan adanya menghapus maushuf dan sifatnya ( na'at dan man'ut ) dan menempatkan ma'mulnya sifat pada posisinya dan taqdirnya  adalah  ما هي بولد مقول فيه نعم الولد , kemudian kalimat yang kedua  ما هي بولد مقول فيه نعم الولد   .Maka huruf jar yaitu ba' ( بئس  ) dan 'alaa ( على عير ) pada hakikatnya dia hanya masuk kepada isim yang dihapus, sebagaimana yang kami jelaskan.Dan sebagaimana yang dikatakan oleh yang lainnya, yaitu syair : والله ما ليلي بنام صاحبه * ولا مخالط الليان جانبه   yakni  بليل مقول فيه نام صاحبه    artinya " malam yang diucapkan padanya, pemiliknya tidur".

CATATAN 

1. Diantara alasan mengapa  نعم dan بئس  diperselisihkan adalah wazannya tidak seperti fiil, karena wazan fiil tsulatsi adalah فعل - فعل - فعل   , sedangkan   dan  wazannya  فعل .

2. Perkataan orang Arab وَاللهِ مَا هِيَ بِنِعْمَ الوَلَدِ , di zaman jahiliyyah sebagian orang Arab tidak suka dengan anak permpuan, maka ketika dikabarkan bahwa yang lahir adalah anak perempuan, maka ada di antara mereka yang mengatakan perkataan seperti ini. Disini kata نعم di dahului oleh huruf jar yang menunjukkan bahwa نعم adalah isim , karena huruf jar tidak masuk kecuali ke isim. Kalimat ini masyhur sehingga tidak mungkin kalimat ini salah, karena ini dari orang Arab terdahulu yang masif fasih ucapannya. Begitu juga pada perkataan نِعْمَ السَّيْرِ عَلَى بِئْسَ العَيْرِ disitu kata بئس di dahului huruf jar, sedang huruf jar tidak masuk kecuali ke isim. Inilah dalil bagi yang mengatakan bahwa نعم dan بئس  adalah isim yaitu menurut sebagian ahli nahwu.

3. Adapun kata ليس maka Al Farisi mengatakan ia adalah huruf karena  ia serupa dengan ما nafi, para ulama mengatakan ما nafi adalah huruf. ليس tidak ada kejadian padanya, ia menunjukkan pada penafian, sama seperti ما yang menunjukkan penafian. Sehingga karena maknanya serupa maka ليس dikatakan sebagai huruf sama seperti ما .

4.Tetapi inti dari pembahasan diatas bahwa keempat kata tadi menurut pendapat pendapat diatas adalah bukan fiil, sedangkan Ibnu Hisyam mengatakan sebagaimana di matannya bahwa yang lebih shahih, keempatnya merupakan fi'il.

5. Adapun kata keempat yang diperselisihkan adalah عسى

6.Yang benar adalah bahwa keempat kata tersebut adalah fiil, karena ia bisa bertemu ta' ta'nits, terlebih kalau ia bisa juga ditambahkan ta', misalnya لستَ, لستم dan jika bertemu ta' ta'nits menjadi ليستْ. Maka ini lebih meyakinkan kita bahwa ليس adalah fi'il. Begitu juga dengan بئس maka ia bisa menjadi بئس , adapun tashrifnya tidak bisa. Ada sebagian ulama nahwu yang menukilkan bahwa نعم bisa ditashrif. Jadi pernah orang Arab membaca نعم dengan tashrif sebagaimana dinukil dari kita Al Kawakib Addurriyyah. Hal ini lebih meyakinkan bahwa نعم dan بئس adalah fi'il karena tandanya tidak hanya menerima ta' ta'nits. Untuk ليس kita bisa sepakat bahwa kita bisa menambahkan ta' ta'nits dan ta' fa'il, bisa juga dhamir yang lain, misalnya ليسوا - لستَ dan seterusnya. Begitu juga dengan عسى bisa kita katakan عسينا - عسيتم dan seterusnya. Adapun نعم dan بئس  tidak demikian, ini yang agak berat.

7. Pada sabda nabi : menunjukkan bahwa Ibnu Hisyam menggunakan hadits sebagai pendalilan dalam ilmu nahwu, dimana banyak diantara ulama nahwu tidak menggunakannya dalam pendalilan di ilmu nahwu, karena suatu alasan, misalnya bahwa hadits itu kemungkinan diriwayatkan dengan makna tidak secara lafadz, sehingga menolak pendalilan menggunakan hadits, namun tidak dengan Ibnu Hisyam, beliau tetap mengambil hadits sebagai dalil.

8. Dan diantara dalil عسى - ليس - بئس merupakan fi'il adalah بئست المرأت حمالة الحطب و ليست هند مفلحة و عست هند (أن ) تزورنا  disitu ليس dan عسى menggunakan ta' ta'nits.

9. Bantahan bagi dalil yang mengatakan bahwa itu bukan fi'il adalah :

أما ما استدل به الكوفيون فمؤول على حذف الموصوف وصفته وإقامة معمول الصفة مقامها والتقدير ما هي بولد مقول فيه نعم الولد وما هي بولد مقول فيه نعم الولد فحرف الجر في الحقيقة إنما دخل على اسم محذوف كما بينا 

Adapun yang dijadikan dalil oleh para ahli nahwu Kufah, maka ini dita'wil dengan adanya menghapus maushuf dan sifatnya ( na'at dan man'ut ) dan menempatkan ma'mulnya sifat pada posisinya dan taqdirnya  adalah  ما هي بولد مقول فيه نعم الولد , kemudian kalimat yang kedua  ما هي بولد مقول فيه نعم الولد   .Maka huruf jar yaitu ba' dan 'alaa ( على عير ) pada hakikatnya dia hanya masuk kepada isim yang dihapus, sebagaimana yang kami jelaskan.

- Ahli nahwu Kuffah yaitu Al Farra' dan sekelompok ahli nahwu Kuffah ( bukan semuanya ) menjadikan kalimat  نعم السير على بئس العير dan و اللهِ ما هي بنعم الولد sebagai dalil keisiman ni'ma dan bi'sa, tetapi sebenarnya itu ada yang dihapus yaitu sifat maushuf seperti pada yang pertama taqdirnya adalah : و اللهِ ما هي بولد مقول فيه نعم الولد dan yang kedua taqdirnya adalah نِعْمَ السَّيْرِ عَلَى عيرٍ مقولٍ فيه  بِئْسَ العَيْرِ


( Syarah Qathrunnada Ibnu Hisyam halaman 45 - 46 )


Materi Selengkapnya Qathrunnada Level 1







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Materi BBA Dasar Online ( Daftar Isi )

Anakku, Ampuni Ibumu

Perbedaan Ilmu Nahwu dan Ilmu Sharaf