QATHRUN NADA - 3. Isim Mu'rab dan Mabni

 


Muallif berkata :

ص - وهو ضربان معرب وهو ما يتغير آخره بسبب العوامل الداخلة عليه كزيد ومبني وهو بخلافه كهؤلاء في لزوم الكسر وكذلك حذام وأمس في لغة الحجازيين وكأحد عشر وأخواته في لزوم الفتح وكقبل وبعد وأخواتها في لزوم الضم إذا حذف المضاف إليه ونوى معناه وكمن وكم في لزوم السكون وهو أصل البناء

Isim ada dua : murab yaitu setiap kata yang berubah akhirnya dikarenakan sebab amil-amil yang masuk padanya : seperti kata  zaid ( زيد ).

Dan isim mabni yaitu merupakan kebalikan dari murab seperti kata هؤلاء yang harus kasrah, begitu juga kata.  حذام. dan  أمسِ pada lughah hijaziyyin. Dan seperti kata أَحد عشر dan saudara-saudaranya yang mengharuskan fathah. Dan seperti بعد dan قبل dan saudara-saudaranya yang mengharuskan dhommah apabila dihilangkan mudhaf ilaihnya dan diniatkan maknanya. Dan seperti من dan كم yang mengharuskan sukun. Dan sukun adalah asal dari al bina

Kata Zaidun ( زيدٌ ) adalah isim murab, bisa berubah ahirnya karena amil yang masuk padanya, ia bisa menjadi zaidan ( زيدًا ) ketika mansub dan zaidin ( زيدٍ ) ketika majrur. Adapun lawan murab adalah mabni yaitu yang tidak berubah ahir katanya .

Kata أمسِ dan حذامٍ mabni kasrah menurut orang Arab Hijaz, karena tidak semua orang Arab memabnikannya dengan kasrah.

Bilangan 11 - 19 kecuali 12 untuk bilangan duanya maka ia mabni fathah.

Hukum asal mabni adalah sukun, karena sukun yang paling ringan.

Selanjutnya muallif mensyarah :

 ش - لما فرغت من تعريف الاسم بذكر شيء من علاماته عقبت ذلك ببيان انقسامه إلى معرب ومبني وقدمت المعرب لأنه الأصل وأخرت المبني لأنه الفرع وذكرت أن المعرب هو ما يتغير آخره بسبب ما يدخل عليه من العوامل كزيد تقول جاءني زيد ورأيت زيدا ومررت بزيد ألا ترى أن آخر زيد تغير بالضمة والفتحة والكسرة بسبب ما دخل عليه من جاءني ورأيت والباء

Ketika saya telah selesai menyebutkan definisi isim dengan menyebutkan sebagian tanda-tandanya maka saya susulkan hal tersebut secara langsung dengan menjelaskan pembagiannya kepada mu'rab dan mabni. Saya mendahulukan al mu'rab karena dia merupakan asl dan saya mengakhirkan pembahasan al mabni karena dia merupakan furu'. Dan saya telah menyebutkan bahwasanya mu'rab itu adalah isim yang berubah akhirnya dikarenakan sebab masuknya amil amil kepadanya. Seperti kata Zaid, engkau mengatakan :

جاءني زيدٌ ورأيت زيدًا ومررت بزيدٍ

Ketahuilah bahwa akhir kata Zaid berubah dari dhommah menjadi fathah dan menjadi kasrah disebabkan apa yang masuk padanya dari kata جاءني dan رأيت dan huruf ba'.

Dari definisi yang ada di matan dan di dalam syarah ada sedikit perbedaan, akan tetapi maknanya sama saja. Jika kita perhatikan pada matan :

ما يتغير آخره بسبب العوامل الداخلة عليه كزيد

Sedangkan pada syarahnya :

ما يتغير آخره بسبب ما يدخل عليه من العوامل كزيد

Pada contoh : جاءني زيد ورأيت زيدا ومررت بزيد

جاءني : maka جاء adalah fiil yang membutuhkan fa'il dan ia marfu' ( زيدٌ )

- رأيت  ; maka ia adalah fiil dan fail yang membutuhlan maful bih dan ia mansub  ( زيدًا )

-  Huruf ba' setelahnya majrur dengan kasrah yaitu زيدٍ

(جاءني, رأيت, مررت ) ini yang dinamakan 'amil, yaitu yang menyebabkan kata menjadi marfu, mansub, majrur dan majzum.Jika suatu kata berubah harakatnya karena 'amil maka ini yang disebut dengan isim mu'rab.

Selanjutnya muallif mengatakan dalam syarahnya :

لو كان التغير في غير الآخر لم يكن إعرابا كقولك في فلس إذا صغرته فليس وإذا كسرته أفلس وفلوس وكذا لو كان التغير في الآخر ولكنه ليس بسبب العوامل كقولك جلست حيث جلس زيد فإنه يجوز أن تقول حيث بالضم وحيث بالفتح وحيث بالكسر إلا أن هذه الأوجه الثلاثة ليست بسبب العوامل ألا ترى أن العامل واحد وهو جلس وقد وجد معه التغير المذكور

Kalau perubahannya bukan di ahir kata maka itu bukan isim murab. Seperti engkau mengatakan kata فَلْسٍ (uang ), jika engkau tashghir menjadi فُلَيْسٍ dan jika engkau jamakkan dengan jamak taksir maka menjadi أفْلُسَ dan فُلُوْس.Demikian juga apabila perubahannya ada di ahir kata tetapi bukan disebabkan oleh 'amil, seperti engkau mengatakan : جلست حيث جلس زيد ( Aku duduk dimana Zaid telah duduk ). Maka engkau boleh mengatakan kata  ُحيث dengan dhommah, dan dengan fathah حيثَ, dan dengan kasrah حيثِ. Akan tetapi ketiga variasi ini bukan disebabkan karena 'amil, bukankah engkau melihat bahwa 'amilnya hanya satu yaitu جلس, tetapi di dapati perubahan seperti tersebut diatas.

Tashghir adalah bentuk "mengecilkan", dengan menggunakan wazan fu'ail ( فُعَيْلٌ )

Jika kita perhatikan ada perubahan pada kata فلس - فليس - أفلس _ فلوس , akan tetapi yang berubah bukan huruf ahirnya. Maka ini tidak dinamakan i'rab atau mu'rab.

Demikian juga jika perubahannya bukan karena amil, misalnya karena dialek. Salah satu dialek memakai dhammah, dialek orang Arab yang lain memakai fathah, yang yang lainnya memakai kasrah. Meskipun perubahannya di ahir, tetapi sebabnya bukan 'amil melainkan dialek. Maka pada kata حيثُ ia disebut mabni dhammah, bukan mu'rab. Dan berubahnya menjadi حيثَ dan حيثِ hanya karena dialek, bukan karena 'amil.

Selanjutnya muallif berkata :

ولما فرغت من ذكر المعرب ذكرت المبني وأنه الذي يلزم طريقة واحدة ولا يتغير آخره بسبب ما يدخل عليه ثم قسمته إلى أربعة أقسام مبني على الكسر ومبني على الفتح ومبني على الضم ومبني على السكون ثم قسمت المبني على الكسر إلى قسمين قسم متفق عليه وهو هؤلاء فإن جميع العرب يكسرون آخره في جميع الأحوال وقسم مختلف فيه وهو حذام وقطام ونحوهما من الأعلام المؤنثة الآتية على وزن فعال وأمس إذا أردت به اليوم الذي قبل يومك

Ketika saya telah selesai menyebutkan Al mu'rab, maka saya menyebutkan tentang Al mabni. Isim mabni adalah isim yang selalu dalam satu bentuk dan ahirnya tidak berubah, dengan sebab adanya sesuatu yang masuk padanya.. Lalu saya membaginya menjadi 4 macam : mabni dengan kasrah, mabni dengan fathah, mabni dengan dhammah dan mabni dengan sukun.

Kemudian saya membagi Al mabni dengan kasrah menjadi 2 : Pertama : yang disepakati yaitu هؤلاء karena semua orang Arab mengkasrahkan ahirnya pada semua keadaan. Dan kedua : yang diperselisihkan yaitu حَذَامِ dan قَطَامِ dan yang semisalnya dari nama nama perempuan berikut ini yang menggunakan wazan فَعَالِ , dan أَمْسِ . apabila yang engkau maksud adalah hari  sebelum harimu sekarang ( kemaren ).

Disini penulis mengatakan bahwa mabni adalah :  "isim yang selalu dalam satu bentuk dan ahirnya tidak berubah, dengan sebab adanya sesuatu yang masuk padanya", artinya dia itu tetap ahir katanya meskipun 'amilnya berubah.

Kemudian kata هؤلاء disepakati bahwa dia mabni kasrah, tidak ada orang Arab yang mendhommahkan atau memfathahkan, baik ia pada posisi rofa', nasob atau jar dia mabni kasrah. Sehingga ketika dia menempati posisi jar ( fii mahalli jarrin ) kita tetap mengatakan mabni dengan kasrah.Yaitu mabni dengan kasrah muqaddarah, bukan lagi majrur dengan kasrah, meskipun harakat ahirnya kasrah, tetapi kita sebut dengan mabni kasrah.

Perkataan penulis : Dan kedua : yang diperselisihkan yaitu حذام dan قطام , maksudnya adalah diperselisihkan oleh orang Arab, bukan diperselisihkan oleh ahli nahwu. Orang Arab sudah berbeda beda dalam membacanya. Hal ini akan dibahas nanti insyaallah..hadzami dan amsi


 (Syarah Qathrun Nada, Ibnu Hisyam halaman 33 - 34 )


Materi Selengkapnya Qathrunnada Level 1




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Materi BBA Dasar Online ( Daftar Isi )

Anakku, Ampuni Ibumu

Perbedaan Ilmu Nahwu dan Ilmu Sharaf