Kebenaran dan Kesabaran di Jalur Mudik

 


Mudik, kata yang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Setiap tahun, jutaan orang melakukan perjalanan panjang untuk kembali ke kampung halaman. Tapi, apa yang membuat perjalanan mudik ini begitu spesial?

Dulu, saya adalah orang yang suka mudik secara asal-asalan. Saya jarang mempersiapkan diri untuk mudik, baik secara mental maupun fisik. Saya pikir mudik hanya tentang pergi ke kampung halaman, berkumpul dengan keluarga, dan menikmati liburan.

Tapi, semakin tahun berlalu, saya menyadari bahwa mudik membutuhkan persiapan yang baik. Saya mulai menyadari bahwa persiapan spiritual sebelum berangkat sangat penting, seperti shalat istikharah untuk memohon petunjuk dan perlindungan dari Allah.

Saya juga mulai mempersiapkan syarat-syarat perjalanan yang dianjurkan, seperti memiliki minimal personel safar yang dianjurkan, memiliki Imam Safar yang dapat memimpin dan mengambil keputusan saat terjadi hal yang tidak diinginkan selama perjalanan, dan mempersiapkan bekal fisik yang cukup, seperti makanan, minuman, dan obat-obatan.

Saya juga mulai mempersiapkan kendaraan yang akan digunakan untuk mudik, dengan memastikan bahwa kendaraan tersebut dalam kondisi yang baik dan siap untuk digunakan.

Dengan mempersiapkan semua hal tersebut, saya merasa lebih tenang dan siap untuk melakukan perjalanan mudik. Saya juga merasa bahwa saya telah melakukan yang terbaik untuk mempersiapkan diri dan keluarga saya untuk melakukan perjalanan yang panjang dan melelahkan.

Saya berharap bahwa dengan mempersiapkan diri dengan baik, saya dapat melakukan perjalanan mudik yang lebih nyaman, lebih aman, dan lebih berkesan.


Pre-journey Spiritual Preparation

Persiapan spiritual sebelum berangkat memang terkesan aneh bagi saya pada awalnya. Namun, setelah memahami ajaran Islam, saya menyadari bahwa persiapan spiritual sangat penting sebelum melakukan perjalanan.

Islam telah mengajarkan kita bagaimana bersafar dengan baik. Langkah pertama adalah memohon petunjuk kepada Allah dengan beristikharah. Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam mengajarkan salat istikharah kepada para sahabatnya dalam setiap urusan, bahkan seperti mengajarkan surat Al-Quran.

Setelah bulat tekad untuk melakukan perjalanan, kita harus melakukan introspeksi diri, bertaubat kepada Allah, dan memastikan tidak ada persengketaan. Kita juga harus memikirkan pelunasan hutang-hutang, mengembalikan barang-barang titipan, dan meninggalkan nafkah yang selayaknya bagi keluarga yang ditinggalkan. Jangan lupa berpamitan kepada keluarga atau kedua orang tua.

Syarat minimal personil Safar juga sangat penting. Nabi Muhammad Shallallah Alaihi Wasallam bersabda bahwa satu pengendara atau musafir adalah setan, dua pengendara atau musafir adalah dua setan, dan tiga pengendara atau musafir baru disebut rombongan musafir. Meskipun ini bukanlah haram, namun ini masalah adab yang harus kita perhatikan.

Pengangkatan pemimpin di dalam rombongan Safar juga diperintahkan. Nabi Muhammad Shallallah Alaihi Wasallam bersabda bahwa jika ada tiga orang keluar untuk bersafar, maka hendaklah mereka mengangkat salah satu di antaranya sebagai ketua rombongan.

Mencari waktu terbaik untuk berangkat juga sangat penting. Nabi Muhammad Shallallah Alaihi Wasallam biasa keluar menuju perang Tabuk pada hari Kamis dan telah menjadi kebiasaan beliau untuk bepergian pada hari Kamis. Juga dianjurkan untuk pergi di pagi hari, sebagaimana Nabi Muhammad Shallallah Alaihi Wasallam bersabda, "Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya."

Sebelum berangkat, kita dianjurkan untuk melakukan salat dua rakaat, sebagaimana Nabi Muhammad Shallallah Alaihi Wasallam bersabda, "Jika engkau keluar dari rumahmu, maka lakukan salat dua rakaat, yang dengan ini akan menghalangimu dari kejelekan berada di luar rumah."

Jangan lupa untuk melakukan doa yang biasa diucapkan oleh Nabi Muhammad Shallallah Alaihi Wasallam kepada orang yang hendak bersafar, yaitu:

 "اَسْتَوْدِعُ اللهَ دِيْنَكَ وَأَمَانَتَكَ وَ خَوَاتِمَ عَمَلِكَ

yang artinya, "Aku menitipkan agamamu, amanahmu, dan perbuatan terakhirmu kepada Allah." 

Dan juga orang yang hendak bersafar kepada yang ditinggalkan , yaitu : 

أَسْتَوْدِعُكَ اللَّهَ الَّذِى لاَ تَضِيعُ وَدَائِعُهُ 

yang artinya : Aku menitipkan kalian kepada Allah yang tidak mungkin menyia-nyiakan titipan yang dititipkan kepadaNya."

Kita bisa membaca artikel-artikel tentang persiapan safar berikut dalil-dalinya di situs-situs Islam terpercaya, seperti ( https://rumaysho.com/495-tips-persiapan-mudik-lebaran.html  ). Mari kita mengambil manfaat dan berusaha mengamalkan semampunya.


Menebar Kebenaran dan Kesabaran

Saat mudik, kita sering dihadapkan pada situasi yang tidak terduga. Kita harus bijak dan sabar dalam menghadapi tantangan tersebut.

Misalnya saat berhenti di rest area untuk shalat, kita mungkin sering menemukan kejanggalan yang tidak sesuai dengan keyakinan atau nilai-nilai yang kita pegang. Namun, kita harus ingat bahwa kita sedang dalam perjalanan dan berinteraksi dengan banyak orang. Oleh karena itu, kita harus bijak dalam setiap langkah, keputusan, dan tindakan kita. Dalam meluruskan kesalahan dan menebar kebenaran dan kebaikan, kesabaran adalah kunci utama yang harus kita pegang.

Mengenai shalat, jika shalat itu dilakukan di masjid dengan imam dan jemaah, maka perempuan dapat shalat di belakang imam. Jika tidak pada waktu shalat, maka lebih baik jika mereka shalat dalam satu kelompok. Namun, jika mereka shalat sendiri-sendiri, maka tidak ada masalah. Karena shalat berjemaah tidak wajib bagi perempuan, namun tidak boleh ada dua kelompok shalat pada waktu yang sama.

Jika terjadi perbedaan dalam prinsip di kalangan Muslim di masjid saat kita mudik, apakah kita harus menasihati mereka secara langsung? Atau apa yang harus kita lakukan?

Apa yang kita lakukan ini tidaklah istimewa, karena jiwa-jiwa yang lemah cenderung menolak apa yang belum pernah mereka alami sebelumnya. Namun, dengan terus-menerus memberikan nasihat dengan cara yang lembut dan kata-kata yang tidak langsung, maka hal itu dapat berpengaruh, meskipun mungkin tidak langsung terlihat. Dan seorang Muslim yang memberikan nasihat tidak harus mampu mengubah orang lain, tetapi seperti yang dikatakan Allah SWT dalam Al-Qur'an surat Al A'raf 164 dan 165 :

'(164) Ketika suatu kaum di antara mereka berkata: 'Mengapa kamu menasihati orang-orang yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang pedih?' Mereka menjawab: 'Untuk memohon ampunan kepada Tuhanmu dan mudah-mudahan mereka bertaqwa.'

(165) Maka ketika mereka melupakan apa yang telah diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari kejahatan dan Kami azab orang-orang yang zalim dengan azab yang buruk karena mereka selalu berbuat fasik.'"

Apakah kita memberi nasehat kepada orang lain sedangkan kita hanya bertemu mereka sekali dalam perjalanan karena beberapa kemungkaran atau kesalahan syariat yang kita temui saat mudik?

Seorang penasihat yang baik akan memilih waktu, tempat, dan situasi yang tepat untuk memberikan nasihatnya, sehingga setidaknya ada kemungkinan nasihatnya akan diterima. Ia tidak menunggu hasil, tetapi mengambil contoh dari Rasulullah Shallallah Alaihi Wasallam dalam dakwahnya, yang mengajak orang-orang untuk memeluk Islam, dan mereka memeluk Islam setelah beberapa waktu, namun beliau tidak memaksa mereka dan tidak meninggalkan nasihatnya.

Khatimah

Dengan mempersiapkan diri secara spiritual dan fisik, serta bersikap bijak dan sabar selama perjalanan, kita dapat melakukan perjalanan mudik yang lebih nyaman, lebih aman, dan lebih berkesan. Semoga tulisan ini dapat menjadi inspirasi dan panduan bagi kita semua dalam melakukan perjalanan mudik yang lebih baik. Selamat mudik, dan semoga kita semua dapat berkumpul kembali dengan keluarga dan kerabat dalam keadaan yang sehat dan bahagia.


Keliling Kota : Catatan Mudik 2025

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Materi BBA Dasar Online ( Daftar Isi )

Anakku, Ampuni Ibumu

Perbedaan Ilmu Nahwu dan Ilmu Sharaf