Menampakkan Kegembiraan di Hari Raya Sebagai Syiar Islam: Sebuah Refleksi Pasca-Hari Raya ( 1 )
Ini adalah tulisan asli yang ringkasannya sudah saya posting sebelumnya. ( lihat : Bergembira di Hari Raya ( 1 ) ). Di masa Idul Fitri 2025 ini memang kaum muslimin sedang marah, Kita pantas marah terhadap apa apa yang terjadi yaitu tentang keadaan saudara saudara kita kaum muslimin di belahan bumi lain ( Palestina ), Allah yahfadzuhum jami’an. Dan marah adalah merupakan ‘aujabal wajibat’yaitu kewajiban paling wajib dalam perkara ini, kewajiban yang sangat penting dan tidak bisa diabaikan. Akan tetapi kita juga tidak boleh meninggalkan syiar Islam karena hal tersebut. Seperti kegembiraan di hari Idul Fitri atau Idul Adh-ha, akan tetapi kegembiraan ini tidak boleh menyelisihi syareat, tidak boleh. Kita tidak boleh dengan mudah dan asal asalan mengikuti tren tren yang bermacam macam dan menjadi viral di kalangan kaum muslimin tetapi jelas jelas menyelisihi syareat. Seorang muslim Ketika berbicara hendaklah perkataannya itu di timbang dan harus ada dhabitnya atau ketentuannya dari syareat. Ketika bertindak dipikirkan apakah itu sesuai syareat atau malah menyelisihinya.
Baiklah teman teman berikut ini pembahasannya.Oya, saya menuliskan sub judul di tiap bahasan dengan saya bold dan italic pada sub judul tersebut untuk membedakan dengan tulisan asli.Begitu juga jika ada tambahan dari saya, saya beri nuqthah ( • ). Hayaa binaa...
إظهار السرور في الأعياد من شعائر الدين
( إبراهيم بن عبد الله المديهش – الرياض )
Menampakkan Kegembiraan di Hari Ied Merupakan Syiar Agama
( Ibrahim bin Abdillah Al Madihisy – Riyadh )
Larangan meratapi mayit khususnya di hari ied, sunnah bergembira di hari ied.
بحث بعنوان: نَدْبُ العيد! ! لِمَ يندُبُ [1]
كبارُ السِّنِّ ـ في كل زمَن ـ العِيدَ؟ ! لمَ يغيب السرورُ عن كثير من الناس في
العِيد؟ ! [2] (1) . النُّدْبَة والنَّدْبة: ندَب الميت يندبه ندباً، أي: بكى عليه
وعدَّد محاسنه، والندبة تختص بذكر محاسن الموتى، أن تدعو النادبة الميت بحسن
الثناء في قولها: وافلاناه، واهناه، ... وهو من الندب الجراح، لأنه احتراق ولذع من
الحزن. ينظر: «الصحاح» للجوهري (1/ 223) ، «مشارق الأنوار» للقاضي عياض ... (2/ 7)
، «تاج العروس» (4/ 253) . (2)
Orang
orang Jahiliyyah meratap di hari raya
"Mengapa
Orang Tua Meratapi Hari Raya? Mengapa Kegembiraan Hilang dari Banyak Orang pada
Hari Raya?”
(1) Nadhbah adalah
: Meratapi orang mati, yaitu menangisinya dan menyebutkan kebaikannya. Nadhbah
khusus untuk menyebutkan kebaikan orang mati, yaitu memanggil orang mati dengan
pujian yang baik dalam ucapan: "Wahai Fulanah, wahai Hanah"... Dan
ini termasuk nadhbah yang menyakitkan, karena itu adalah pembakaran dan perih karena
kesedihan.
Lihat:
"As-Shihah" oleh Al-Jauhari (1/223), "Misyariqul Anwar"
oleh Al-Qadhi 'Iyadh (2/7), "Tajul 'Arus" (4/253).
(2)"أصل هذه الفائدة مشاركة كتبتها (سنة
1432 هـ) في منتدى أسرتي الخاص: «منتدى أسرة المديهش» واستطردت فيه من باب إلى
باب، ورأيتُ الآن أنْ أُفرِدَ منه: ... «نَدْبَ العيد» في مقال عام للنشر، مع
إضافات وترتيب. بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ الحمد لله، والصلاة والسلام
على رسول الله وآله وصحبه، أما بعد فإن للمسلمين عيدين اثنين سنويين لا ثالث لهما،
يأتيان بعد عبادة: الصوم، والحج، وفيهما عباداتٌ جليلة من صدقةٍ، وذبحٍ، وذكرِ
لله، وقربات ... وفيهما فرَح مشروط بما أذن به الشارع الحكيم، فنحن عبيد لله في
أرضه،
2.Asal dari faidah ini adalah sebuah postingan yang saya
tulis (pada tahun 1432 H) di forum keluarga saya sendiri: "Forum Keluarga
Al-Madihish", dan saya melanjutkannya dari satu bab ke bab lainnya.
Sekarang, saya melihat bahwa saya harus memisahkan dari itu: "... Nadb
Al-'Id" dalam sebuah artikel umum untuk dipublikasikan, dengan tambahan
dan pengaturan.
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah, dan shalawat serta salam atas Rasulullah, keluarganya,
dan para sahabatnya. Amma ba'du, sesungguhnya umat Islam memiliki dua hari raya
setiap tahunnya, tidak ada yang ketiga. Kedua hari raya tersebut datang setelah
ibadah: puasa, haji, dan di dalamnya ada ibadah-ibadah yang agung seperti
sedekah, kurban, dzikir kepada Allah, dan qurobat ( mendekatkan diri kepada
Allah dengan melakukan ibadah )... Dan di dalamnya ada kegembiraan yang
dibatasi oleh apa yang telah diizinkan oleh syari'at yang bijak. Kita adalah
hamba-hamba Allah di bumi-Nya."
Bergembira yang Terpuji
• bergembira dengan Allah dan merasa bahagia
dengan-Nya.
• bergembira dengan ilmu, Al-Qur'an, dan Islam, dan merasa
bahagia dengan itu
• Allah menyukai hamba-Nya yang bergembira dengan kebaikan
ketika melakukannya, dan merasa bahagia dengan itu
نعمل بما شرع لا بما نشرع لأنفسنا ونهوى ..
والفرح نوعان: محمود، ومذموم: [1] المحمود: فرح بالمشروع من: تمام عبادة، وإعانة
عليها، وحصول علم، ومال وبنين، وصحة، وغير ذلك ... فرحاً وِفْق شرع الله. (1) .
انظر: «مفتاح دار السعادة» لابن القيم ـ ط. دار الصميعي ـ (4/ 2985 و 3080 ـ 3107)
. وفيه تفصيل عن: الفرح، والسرور، وأنه لافرق بينهما خلافاً لمن فرَّق. والوصف
بالفرح أكمل من معنى السرور، فقد ورد وصف الله بالفرح. قال تعالى: {يَاأَيُّهَا
النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ
وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ (57)
Kita beramal sesuai dengan apa yang telah disyari'atkan,
bukan sesuai dengan apa yang kita inginkan dan kehendaki. Dan kegembiraan ada
dua jenis: yang terpuji dan yang tercela.
Yang terpuji adalah kegembiraan karena sesuatu yang telah
disyari'atkan, seperti: kesempurnaan ibadah, I’anah atau bantuan dalam ibadah,
memperoleh ilmu, harta, anak, kesehatan, dan lain-lain. Kegembiraan yang sesuai
dengan syari'at Allah.
Lihat:
"Miftah Darus Sa'adah" oleh Ibnul Qayyim - cetakan Darus Shami'i -
(4/2985 dan 3080-3107).
Di dalamnya terdapat penjelasan tentang: kegembiraan,
kesenangan, dan tidak ada perbedaan antara keduanya, tidak seperti yang
dikatakan oleh orang-orang yang membedakannya. Dan deskripsi kegembiraan lebih
lengkap dari pada kesenangan, karena Allah telah digambarkan sebagai Dzat yang
bergembira. Allah berfirman:
"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu
pelajaran dari Tuhanmu, penyembuh bagi apa yang ada di dalam dada, petunjuk dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman." (QS. Yunus: 57)
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ
فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ} يونس: 57 - 58 فذكر
الفرح بعد القرآن. لذا قال المفسرون: فضل الله هو: الإسلام، ورحمته: القرآن. وقد
عُدَّ من مقامات الإيمان: الفرح بالله، والسرور به. قال ابن القيم: (والله يحب من
عبده أن يفرح بالعلم والقرآن والإسلام، ويُسرُّ به، بل يحب من عبده أن يفرح
بالحسنة إذا عملها، ويُسَرُّ بها، وهو فرحٌ بفضل الله حيث وفَّقَه لها، وأعانه
عليها، ويسَّرها له) . [1] ومِن المذموم: الفرح بالمحرَّم، والباطل، والجهل،
والإعراض عن الله قال تعالى: {إِنَّ قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوسَى فَبَغَى
عَلَيْهِمْ وَآتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ
بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لَا تَفْرَحْ إِنَّ
اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ} القصص: 76 وقال تعالى: {فَلَمَّا نَسُوا مَا
ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا
فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ}
الأنعام: 44 (1) . انظر: «مفتاح دار السعادة» لابن القيم ـ ط. دار الصميعي ـ (4/ انظر:
«مفتاح دار السعادة» لابن القيم ـ ط. دار الصميعي ـ (4/ 2985) . 2985)
"Katakanlah (Muhammad), 'Dengan karunia Allah dan
rahmat-Nya, maka dengan itu hendaklah mereka bergembira. Karunia dan rahmat
Allah itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.'" (QS. Yunus: 58)
Sebab itu, para mufassir berkata bahwa karunia Allah adalah
Islam, dan rahmat-Nya adalah Al-Qur'an. Dan di antara tingkatan iman adalah
bergembira dengan Allah dan merasa bahagia dengan-Nya. Ibnul Qayyim berkata:
Allah menyukai hamba-Nya yang bergembira dengan ilmu, Al-Qur'an, dan Islam, dan merasa bahagia dengan itu. Bahkan, Allah menyukai hamba-Nya yang bergembira dengan kebaikan ketika melakukannya, dan merasa bahagia dengan itu. Itu adalah kegembiraan dengan karunia Allah, di mana Allah memberinya taufiq untuk melakukannya, membantunya, dan memudahkannya.
Bergembira yang tercela
• Allah tidak menyukai orang orang yang terlalu
gembira, bergembirlah sewajarnya.
• Dan di antara yang tercela adalah bergembira dengan yang
haram, bathil, bodoh, dan berpaling dari Allah
Dan di antara yang tercela adalah bergembira dengan yang
haram, bathil, bodoh, dan berpaling dari Allah. Allah berfirman:
"Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia
berlaku sombong terhadap mereka. Dan Kami telah memberikan kepadanya harta yang
banyak, sehingga kunci-kunci gudangnya (yang berat) dibawa oleh sekelompok
orang yang kuat. Ketika kaumnya berkata kepadanya, 'Janganlah kamu terlalu
gembira, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu
gembira.'" (QS. Al-Qashash: 76)
Dan Allah berfirman:
"Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan
kepada mereka, Kami pun membuka bagi mereka pintu-pintu segala sesuatu,
sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada
mereka, Kami menangkap mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka
benar-benar dalam keadaan terputus harapan." (QS. Al-An'am: 44)
"(1)
Lihat: "Miftah Darus Sa'adah" oleh Ibnul Qayyim - cetakan Darus
Shami'i - (4/2985).
(1)
. وقال تعالى: {فَلَمَّا جَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ
بِالْبَيِّنَاتِ فَرِحُوا بِمَا عِنْدَهُمْ مِنَ الْعِلْمِ وَحَاقَ بِهِمْ مَا
كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ} غافر: 83 إنَّ بعض الناس إذا سمع الإذن بالفرح
والاحتفال ظنَّ أنه أُطلق له ما كان محذوراً محرَّماً قبل الفرح، فترك نفسه وما
تهوى، وترك لأولاده ما يريدون، واحتجَّ بالعيد = الفرح. والأصل في الفرح وإظهاره
في العيدما ورد في «الصحيحين» عن عائشة - رضي الله عنها - قالت: دخل عليَّ ... أبو
بكر وعندي جاريتان من جواري الأنصار تُغنِّيان بما تقاوَلَت به الأنصار يوم بُعاث،
قالت: وليستا بمُغنِّيتين [1]؛ فقال أبو بكر: أبمزمور الشيطان في (1) . المقصود:
الحداء وتزيين الصوت ورفعه، دون فحش وآلات محرمة، ورُخِّص الدف للنساء في: العيد
والزواج والفرح. قال الخطَّابي (ت 388 هـ) في «أعلام الحديث»
... (1/ 594) :
Dan Allah berfirman: "Maka tatkala datang kepada mereka
rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang jelas, mereka bergembira
dengan apa yang telah mereka ketahui dari ilmu, dan mereka dikelilingi oleh apa
yang mereka ejek-ejek sebelumnya." (QS. Al-Ghafir: 83)
Perhatikan Saat Bergembira : diri kita, anak anak kita
Sesungguhnya sebagian orang ketika mendengar izin untuk
bergembira dan merayakan, mereka mengira bahwa hal-hal yang sebelumnya
diharamkan sekarang telah diizinkan, sehingga mereka meninggalkan diri mereka
sendiri dan apa yang mereka inginkan, dan meninggalkan anak-anak mereka apa
yang mereka inginkan, dan mereka berdalih dengan alasan hari raya =
kegembiraan.
Bergembira dengan Bernyanyi yang Diperbolehkan
• tanpa kata-kata yang tidak sopan
• tanpa alat-alat musik yang diharamkan
• diperbolehkan bagi wanita menggunakan rebana pada hari
raya, pernikahan, dan kegembiraan
Asal dari kegembiraan dan menunjukkannya pada hari raya sebagaimana yang diriwayatkan dalam "Shahihain" dari Aisyah - radhiyallahu 'anha - yang berkata: "Abu Bakar masuk kepadaku... dan ada dua gadis dari kaum Anshar yang bernyanyi tentang apa yang terjadi pada kaum Anshar pada hari Bu'ats, dia berkata: "Mereka tidak bernyanyi dengan nyanyian yang tidak sopan."
Yang dimaksud adalah nyanyian yang indah dan memperindah
suara, tanpa kata-kata yang tidak sopan dan alat-alat musik yang diharamkan.
Dan diperbolehkan bagi wanita menggunakan rebana pada hari raya, pernikahan,
dan kegembiraan. Al-Khattabi (wafat 388 H) berkata dalam "A'lamul
Hadits":
(قد بُيِّن في هذه الرواية أنهما لم تكونا
مغنيتين، والمغنية التي اتخذت الغناء صناعة وعادة، وذلك ما لا يليق أن يكون بحضرة
الرسول - صلى الله عليه وسلم -، فأما الترنم بالبيت والبيتين، وتطريب الصوت بذلك
مما ليس فيه فحش أو ذكر محظور، فليس مما يسقط المروءة، أو يقدح في الشهادة، وكان
عمر بن الخطاب لا ينكر من الغناء النَّصْبَ والحداء ونحوهما من القول، وقد رخص في
ذلك غيرُ واحد من السلف - رحمهم الله -. = . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . = وحكم اليسير من الغناء خلافُ حكم الكثير منه كقول
الشعر يسيره مباح وكثيره حتى يسمى به شاعراً مكروه). والمراد بالغناء هنا ليس
الغناء المحرم المعروف في زماننا بأدوات الطرب والموسيقى فهو محرم بإجماع
المسلمين، بل المراد ما يُعرف بالنشيد والحداء، فهذا مما يطلق عليه الغناء لغةً.
(Telah jelas dalam riwayat ini bahwa keduanya tidak bernyanyi dengan nyanyian yang tidak sopan. Dan nyanyian yang dijadikan sebagai profesi dan kebiasaan, itu tidak pantas untuk dilakukan di hadapan Rasulullah - shallallahu 'alaihi wa sallam -. Namun, bernyanyi dengan syair dan memperindah suara dengan itu, yang tidak mengandung kata-kata yang tidak sopan atau larangan, itu tidak termasuk dalam hal yang dapat menurunkan martabat atau merusak kesaksian. Dan Umar bin Al-Khattab tidak melarang nyanyian yang berupa nasib, hadha', dan semacamnya dari ucapan, dan telah dirukhsati oleh banyak dari salaf - semoga Allah merahmati mereka -).
Dan hukum dari sedikit nyanyian berbeda dengan hukum dari banyak nyanyian, seperti mengatakan syair yang sedikit itu diperbolehkan, dan banyaknya sehingga disebut sebagai penyair yang tidak disukai.
Yang dimaksud dengan nyanyian di sini bukanlah nyanyian yang
diharamkan yang dikenal di zaman kita dengan alat-alat musik dan lagu-lagu, itu
diharamkan dengan kesepakatan ulama. Namun, yang dimaksud adalah apa yang
dikenal dengan lagu-lagu dan hadha', itu termasuk dalam hal yang disebut
sebagai nyanyian secara bahasa.
Sumber : https://ketabonline.com/ar/books/97069/read?part=1&page=2
Komentar
Posting Komentar